SEJARAH PERADABAN ISLAM
Sejarah Sebagai Ilmu
DOSEN
PENGAMPU: Anwar Sanusi M,Ag.
Disusun Oleh :
v Amy Retno
Galih (14121620634)
v Harmoko (14121630754)
v Siti
Maemunah (14121620646)
v Tia Nuri
Wijaya (14121610748)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012/2013
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah
Kata sejarah
secara harfiah berasal dari bahasa Arab (شجرة : šyajaratun)
yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah
disebut tarikh (تاريخ) atau history (inggris), adalah
cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa[1].
Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih
adalah waktu atau penanggalan.
Sejarah dalam inggris history
berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam
penggunaanya oleh filosof Yunani, Aristoteles, istoria berarti jumlah
penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi
yang merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan. Penggunaan itu, meskipun
jarang, masih tetap hidup didalam bahasa Inggris didalam sebutan natural
History.
Akan tetapi, dalam
perkembangan zaman, kata latin yang sama artinya scientea lebih sering
dipergunakan untuk menyebutkan penjelasan sistematis nonkronologis mengenai
gejala alam. Sedangkan kata istoria biasanya dipergunakan bagi penjelasan
mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.
Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berarti masa lampau umat
manusia.[2]
Secara etimologi
atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Yaitu
diantaranya dari kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun yang artinya
pohon. Ada juga dari kata syajarah
annasab, yang artinya pohon silsilah. Pohon
dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/
dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa
awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari
tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti
pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Berdasarkan asal kata
tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada
waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan
manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Abd. Ar-Rahman As-
Sakhawi mendefinisikan bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian
anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Menurut Gottschalk pengertian
sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan
segala sisinya[3].
Sementara itu Ibn khaldun berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai
suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi
juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada
masa lampau. Dengan demikian, unsur penting dalam sejarah adalah adanya
peristiwa, adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu
manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah
sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa
variasi, dalam bahasa Yunani historia, dalam bahasa Inggris dikenal
dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda
dikenal gescheiedenis.
Menilik pada makna
secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian
sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu
penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi
masalah ini dengan membuat periodesasi.
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah
mengandung 3 pengertian:
1.Sejarah adalah silsilah atau
asal-usul.
2.Sejarah adalah kejadian atau peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa
lampau.
3.Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan
cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Ada pun Sejarah
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan
perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek
kehidupannya yang terjadi di masa lampau. Pengetahuan sejarah meliputi
pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan
cara berpikir secara historis.
Masa lampau itu
sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan
merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu
bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja sebab
sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran
bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik di masa mendatang. Sehingga, sejarah dapat digunakan sebagai modal
bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan
datang.
Adapun Sejarah dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, yaitu :
1.
Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi
pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat
sebagaimana atau seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite).
Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya
sekali terjadi serta tidak bisa diulang.
Ciri utama dari Sejarah sebagai peristiwa adalah sebagai berikut.
a. Abadi
Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah
terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka
peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa.
b. Unik
Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak
dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama persis.
c. Penting
Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang
bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak.
Ternyata tidak semua
peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat
diketahui melalui bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap
peristiwa yang telah terjadi.
Agar sebuah peristiwa
dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
a.
Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik
sebagai individu
maupun kelompok.
b. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu
(kapan dan dimana).
c.
Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain.
Contoh: peristiwa ekonomi yang terjadi
bisa disebabkan oleh aspek
politik, sosial dan budaya.
d.
Adanya hubungan sebab-akibat dari peristiwa tersebut.
Yaitu Adanya hubungan sebab akibat baik
karena faktor dari dalam
maupun dari luar peristiwa tersebut.
Penyebab adalah hal yang
menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
e.
Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam
kehidupan.
Hal ini disebabkan
karena sejarah pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia.
Selain itu, sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. perubahan
tersebut dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial,
ekonomi, dan budaya.
Sedangkan Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat
absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu
kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi
dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan Kenyataan ini dapat dilihat dari
fakta-fakta sejarahnya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari
berbagai aspek kehidupan manusia seperti peristiwa politik, ekonomi, dan
sosial.
2. Sejarah
sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah
merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan
oleh seseorang. Ada pun sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan
tulisan yaitu :
a.
Bentuk lisan
Contoh penuturan secara lisan baik yang
dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi.
b. Bentuk tulisan
Contohnya dapat berupa kisah yang ditulis dalam
buku-buku sejarah. Sedangkan sejarah
sebagai kisah sifatnya akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau
penafsiran yang dilakukan oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih
banyak diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur
cerita.
Sejarah sebagai
kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori,kesan, atau tafsiran manusia
terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah
sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk
mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau
dirumuskan dari sumber sejarah. Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat
dan dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.
3. Sejarah
sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu
yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu
pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang
dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa
lampau yang dipermasalahkan.
Sejarawan harus
menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif[4].
Sejarah melihat manusia tertentu yang mempunyai tempat dan waktu tertentu serta
terlibat dalam kejadian tertentu sejarah tidak hanya melihat manusia dalam
gambaran dan angan-angan saja.
Sedangkan Sejarah
sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat
empiris dan tetap berupaya objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya
menghilangkan subjektifitas.
B. Kata Sejarah dalam Al-Qur’an
Secara terminologis, kata ‘sejarah’
diambil dari bahasa Arab, ‘syajaratun’ yang berarti pohon. Secara
istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah pertumbuhan peradaban manusia
dengan perlambang ‘pohon’. Yang tumbuh bermula dari biji yang kecil menjadi
pohon yang lebat rindang dan berkesinambungan.
Maka sesungguhnya, dari petunjuk Al
Qur’an, pengertian syajarah berkaitan erat dengan “perubahan”. Perubahan yang
bermakna “gerak” kehidupan manusia dalam menerima dan menjalankan fungsinya
sebagai “khalifah” (Q.S. 2: 30). Maka tugas hidup manusia dimuka bumi adalah :”
menciptakan perubahan sejarah” (khalifah).
Oleh karena itu, untuk dapat
menangkap pelajaran dari pesan-pesan sejarah di dalamnya, memerlukan kemampuan
menangkap yang tersirat sebagai ibarat atau ibrah di dalamnya.
Seperti yang tersurat dalam Q.S. Yusuf: 111.
“laqad kana fi qashasihim
‘ibratul li ulil albab”.
Sesungguhnya dalam sejarah itu terdapat pesan-pesan sejarah
yang penuh perlambang, bagi orang-orang yang memahaminya.
Dua pertiga Al-Qur’an disajikan
dalam bentuk kisah. Al-Qur’an dan Al-Hadits ini merupakan pedoman hidup bagi
manusia. Dengan demikian, betapa berkepentingannya kita terhadap kajian-kajian
kesejarahan dalam kedua sumber tersebut. Menangkap pesan-pesan sejarah untuk
menciptakan sejarah, untuk mengetahui “pohon sejarah” apa yang sedang dibuat.
v “Kasyajaratin thayyibah”
pohon sejarah yang sukses dengan fondasi akar yang kuat, batang yang menjulang
dan ranting yang merindang serta buah sejarah yang bisa dinikmati sepanjang
musim.
v “Kasyajaratin khabisyah” pohon sejarah yang
rapuh, akar yang tercabut dari bumi, tidak ajeg dalam hidup yang akhirnya
mudah runtuh dan rubuh.
Ketika petunjuk Allah digunakan
sebagai pedoman, ia diibaratkan sebagai “pelita kaca” yang bercahaya seperti
mutiara dan dinyalakan dengan bahan bakar min syajaratin mubarakah (Q.S.
24: 35).
ü Pada
sejarah Nabi Musa yang diibaratkan sebagai pohon yang tinggi dan tumbuh di
tempat yang tinggi (Q.S. 28: 30).
ü Al-Qur’an
juga memberikan gambaran kegagalan Nabi Yunus yang dilukiskan sebagai “pohon
labu” yang rendah dan lemah (Q.S. 37: 146).
ü Sementara
bagi yang mencoba menciptakan sejarah dengan menjauhkan dirinya dari petunjuk
Allah, hasilnya hanyalah akan menumbuhkan sebatang “pohon pahit” (Q.S. 37: 62,
64 dan Q.S. 44: 43).
Allah memberikan rumusan untuk
memperoleh masa depan melaui sejarah dalam Al-Quran yang dapat digunakan
sebagai pedoman. Sejarah memberikan Mau’idzah (pelajaran) yang membuat umat
Islam dzikra (sadar) sebagai pelaku sejarah, untuk menciptakan sejarah yang
benar. Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman. (Q.S 11: 120)
Pohon kehidupan di muka bumi ini
telah Allah tanam sejak Allah menciptakan Adam a.s dan Ibnu Adam (keturunannya)
untuk mengemban amanah penegakan kekuasaan Allah di bumi sebagai Khalifah
Allah, wakil Allah.
Inilah pohon kehidupan yang
dikehendaki oleh Sang Maha Pencipta Raja seluruh Alam semesta. Pohon “Kasyajaratin thayyibah”.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 30).
C.
Makna dan Hikmah sejarah dalam Al-Qur’an
Sejarah
bukan semata rentetan peristiwa, lebih dari itu ia merupakan kumpulan gambar yang
menyingkap rangkaian prestasi dan kegagalan, kecemerlangan dan kemalangan, serta
kejayaan dan kehancuran. Sejarah adalah catatan perjalanan panjang umat manusia
menuju hari esok, kumpualan masa lalu menuju hari ini, dan pembuka pintu
gerbang untuk menyongsong masa depan. Ia merupakan sebuah cermin yang dengannya
manusia dapat memahami episode jatuh dan bangunnya sebuah bangsa dan peradaban
melalui keterkaitan ide, pribadi-pribadi, institusi, dan masyarakat.
Sejarah
juga menghadirkan lebih dari sebuah laksi peristiwa, sebuah cermin tanpa batas
yang merefleksikan maju dan mundurnya sebuah bangsa dan peradaban. Dengan
sejarah, mata manusia dibuat terbelek, dan akal pikiran dihadapkan pada sederet
tantangan. Tantangan untuk merespons, menganalisis, danmenggali lebih dalam
sebab-sebab yang ada dibalik peristiwa. Ini adalah sebuah proses yang dengannya
manusia beralih dari dinamika sejarah keranah filosofisejarah. [5]
Sejarah
juga menawarkan umat manusia sebuah ruanag untuk belajar dari masa lalu, meniti
hari ini, dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Kejayaan dan kemunduaran
sejarah keduanya mengandung pelajaran Al-qur’an menyeru umat manusia supaya
menyimak sejarah agar bisa menarik pelajaran, memperbaiki perilaku dan
menyelaraskannya dengan ketentuan taqdir. Al- qur’an meletakkan faktor moral
dan materi sebagai penentu atas maju dan mundurnya sebuah bangsa. Ia menyeru
sekalian manusia untuk memahami sisi-sisi yang melekat dari sebuah proses
sejarah. Al-qur’an juga menyeru sekalian umat untuk turut berperan tidak saja
dalam mempelajari sejarah, tetapi juga menjadi bagian dari pelakunya. Misi
sejarah manusia baik sebagai individu maupun sebagi umat yang beriman adalah
untuk berjuang hidup secara terus-menerus dan menegakkan kehendak tuhan dalam
ruang dan waktu sejarah.
Sejarah bagi kaum muslim tidak
hanya bermanfaat bagi cermin dan pedoman, tetapi juga menjadi alat untuk
memahami secara lebih tepat sumber-sumber islam. Al quran selain memuat
kabar-kabar sejarah yang perlu dijelaskan lebih lanjut, juga dalam penafsiran
ayat-ayatnya diperlukan pengetahuan sebab-sebab (Asbab al nuzul). Untuk dapat
menilai sebuah hadis diperlukan pengetahuan latar belakang terbitnya (Asbab al
Wurud) dan riwayat hidup para perawinya (Rijal al Hadis). Terahir tetapi tidak
kalah pentingnya, Muslimin diperintahkan meneladani Rasul karena ia adalah
panutan yang terbaik (Uswatun Hasanah). Makan buku sejarah hidup Nabi mutlak
diperlukan. Karena kepentingan dan tujuan mempelajari sejarah bagi kaum
muslimi, bukan hanya sekedar untuk mengetahui apa yang telah terjadi tetapi
juga sebagai alat analisis objek study.
Sejarah merupakan wujud dari curahan
kasih sayang dan kecintaan Allah yang dikaruniakan kepada hamba-Nya, yang
melibatkan diri dalam proses sejarah (harakah Islamiyah). Disitulah akan dapat
merasakan bagaimana rahmaniyyah dan rahimiyyah-Nya. (Qs. 4 : 95-96; 3 :
159). Rahmat ini hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya yakni
mereka yang beriman, berhijrah dan berjihad fisabilillah (Qs. 2 : 218 dan 157).
Mereka disebut sebagai golongan yang mendapat nikmat Allah (Qs. 1 : 7 ; 4 :
69).
Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Qs. An nisa
: 69)
Sejarah demikian penting menurut Al-Qur’an, paling tidak ada
empat fungsi sejarah yang terangkum dalam Qs. Hud/120 :
“Dan semua kisah rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya
telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat
(pelajaran) dan peringatan bagi orang yang beriman.” (QS Hûd :
120).
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setidaknya
ada empat fungsi sejarah yang tersurat di sana, yaitu:
1. Sejarah
berfungsi sebagai peneguh hati.
2.
Sejarah berfungsi sebagai
pengajaran.
3. Sejarah
berfungsi sebagai peringatan.
4.
Sejarah sebagai sumber kebenaran.
1. Sejarah berfungsi sebagai peneguh
hati
Dalam
surat al-Kahfi, Allah SWT mengisahkan ada sekelompok pemuda yang mengasingkan
diri ke dalam goa dalam rangka menghindari pemimpin dhalim yang memimpin negeri
mereka. Dalam upaya menyelamatkan imannya itu, atas izin Allah SWT, mereka
tertidur dalam goa tersebut selama 309 tahun. Ketika terbangun, mereka sudah
menemukan hewan yang dibawanya hanya tersisa tulang dan ketika mereka menuju ke
sebuah pasar untuk membeli makanan, uang yang dipakai untuk membayar sudah
tidak laku lagi. Pemimpin dhalim yang mengancam iman merekapun ternyata telah
meninggal. Hikmah yang bisa diambil dari kisah pemuda kahfi bahwa keimanan atas
Allah SWT perlu diperjuangkan penuh pengorbanan. Teladan dari ashabul kahfi itu
seharusnya bisa meneguhkan hari kita agar selalu beriman kepada Allah SWT.
2. Sejarah berfungsi sebagai
pengajaran
Dalam
surat al-‘Araf 73-74, Allah SWT mengisahkan bagaimana Allah SWT memberi peringatan
kepada Kaum Tsamud, kaum dari Nabi Shaleh AS yang ingkar kepada Nabi dan Tuhan
mereka. Mereka justru memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah yang megah dan
mewah serta melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan. Mereka beramai-ramai
juga membunuh unta Nabi Shaleh yang merupakan mukjizat yang diberikan Allah
SWT. Maka Allah SWT kemudian mengirimkan petir yang menggelegar dan meluluh
lantakkan kaum Tsamud. Namun menariknya, Allah SWT masih menyisakan
bangunan-bangunan tersebut sebagai pengajaran kepada manusia yang hidup
setelahnya bahwa dahulu, sebelum masehi, perkembangan arsitektur manusia sudah
berkembang pesat. Sebuah simbol peradaban manusia pada zaman lampau yang
dicatat oleh al-Qur’an sebagai pengajaran bagi manusia hari ini.
3. Sejarah berfungsi sebagai
peringatan
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an
juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut Al-Qur’an
nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan
atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah swt yang mesti
terjadi.
4. Sejarah dalam al-Qur’an sebagai
sumber kebenaran
Misalnya, bahwa manusia itu
diciptakan dari tanah, diawali dengan Adam dan Hawa. Pada awalnya, kedua
makhluk yang mengawali sejarah manusia tersebut dikaruniai tempat yang mulia,
yaitu berada di surga. Adam as dan Hawa ternyata tidak mampu menghadapi godaan
iblis yang diciptakan dari api. Keduanya, Adam as dan Hawa melakukan sesuatu
perbuatan yang sebenarnya dilarang. Pesan Tuhan diabaikan, ialah memakan buah
yang dilarang di makannya, maka akhirnya manusia pertama tersebut dilempar ke
alam lainnya, yaitu ke dunia ini.
Kisah tersebut diabadikan dalam kitab suci Al-Qur'an. Dengan
demikian, bagi mereka yang mengimani kitab suci, mereka menjadi jelas
asal-muasal tentang kejadian dirinya. Sejak awal kejadiannya, manusia adalah
sebagai makhluk yang mulia yang dari sejarahnya cukup jelas. Kiranya tidak
terbayang, bagaimana jawaban itu diperoleh manakala hal itu tidak dikisahkan
oleh Sang Penciptanya melalui kitab suci.
Sejarah yang ditulis al-Qur’an bukanlah sejarah yang penuh
rekayasa dan sarat kepentingan seperti halnya sejarah-sejarah yang ada
sekarang. Fakta-fakta sejarah dalam al-Qur’an sangat bisa dijadikan sumber
sejarah. Historiografi dalam al-Qur’an bisa dijadikan contoh bagaimana
seharusnya sejarah ditulis. Allah SWT sangat sempurna memberi contoh bagaimana
menulis sejarah.
Selain menjelaskan fungsi sejarah,
Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut
Al-Qur’an nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran,
kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah SWT
yang mesti terjadi. Allah SWT pun menyampaikan, layaknya roda, hari-hari itu
berputar, begitu juga nasib manusia yang diganti, sesekali merasakan di atas
dan sesekali merasakan di bawah. Perputaran itu bisa kita lihat dari sejarah.
D. kesimpulan
Berbagai kisah dalam
kitab suci al-Qur'an sangat penting untuk dijadikan petunjuk dan sekaligus
pendidikan bagi manusia untuk mengenal diri dan juga Tuhannya. Itulah salah
satu di antara cara yang bisa ditangkap, bagaimana Allah swt mendidik manusia
lewat al-Qur'an, dengan memberikan kisah-kisah nyata tentang kehidupan manusia,
sejak awal kejadiannya hingga berbagai zaman selanjutnya.
Dengan sejarah yang tertulis dan
dikisahkan oleh al-Qur’an, umat Islam dituntut untuk bisa berfikir. Maksudnya,
manusia seharusnya menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan untuk
menentukan langkah berikutnya. Apa yang terjadi pada masa lampau seharusnya
dijadikan pelajaran berharga dalam menjalankan tugas-tugas kekhalifahan manusia
hari ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah.1999.Sejarah Pendidikan Indonesia.Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Mun’im majid, Abdul. .Sejarah Kebudayaan
Islam.Bandung: Pustaka
Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban
Islam.Bandung: CV.Pustaka Setia
Quthb, Muhammad.1995.Sejarah Islam.Jakarta: Gema Insani press
Umer ehapra, Muhammad.2010.Peradaban Muslim. Jakarta: Amzah
[1] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka
Setia,hlm.13.
[2] Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Ter. Nugroho Notosusanto.
Jakarta UI-Press, dikutip dari buku Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban
Islam.Bandung:CV.Pustaka Setia,hlm.14
[3] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka
Setia,hlm.14.
[4] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka
Setia,hlm.15.
[5] Dr. M. Umer Chapra. Penerjemah Ikhwa A. Basri. 2010. Peradaban Muslim.
Jakarta: Amzah.hlm. 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar