Jumat, 06 November 2015

artikel 5



SEJARAH PERADABAN ISLAM
Sejarah Sebagai Ilmu
DOSEN PENGAMPU: Anwar Sanusi M,Ag.





Disusun Oleh :
v  Amy Retno Galih     (14121620634)
v  Harmoko                   (14121630754)
v  Siti Maemunah         (14121620646)
v  Tia Nuri Wijaya       (14121610748)


                                 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012/2013


PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah
Kata sejarah secara harfiah berasal dari bahasa Arab (شجرة : šyajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ) atau history (inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa[1]. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Sejarah dalam inggris history berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam penggunaanya oleh filosof Yunani, Aristoteles, istoria berarti jumlah penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan. Penggunaan itu, meskipun jarang, masih tetap hidup didalam bahasa Inggris didalam sebutan natural History.
Akan tetapi, dalam perkembangan zaman, kata latin yang sama artinya scientea lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penjelasan sistematis nonkronologis mengenai gejala alam. Sedangkan kata istoria biasanya dipergunakan bagi penjelasan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berarti masa lampau umat manusia.[2]
Secara etimologi atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Yaitu diantaranya dari kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun yang artinya pohon. Ada juga dari   kata syajarah annasab, yang artinya pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Abd. Ar-Rahman As- Sakhawi mendefinisikan bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Menurut Gottschalk pengertian sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya[3]. Sementara itu Ibn khaldun berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi  juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau. Dengan demikian, unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa, adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, dalam bahasa Yunani historia, dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
 Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodesasi.
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian:
1.Sejarah adalah silsilah atau asal-usul.
2.Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
   lampau.
3.Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau
   peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Ada pun Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di masa lampau. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sehingga, sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang.
Adapun Sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
1.      Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana atau seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang.
Ciri utama dari Sejarah sebagai peristiwa adalah sebagai berikut.
a.  Abadi
Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa.
      b.   Unik
Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama persis.

c.  Penting
Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak.
Ternyata tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui melalui bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi.
Agar sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
a.       Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik
sebagai individu maupun kelompok.
b.      Memperhatikan dimensi ruang dan waktu (kapan dan dimana).
c.       Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain.
Contoh: peristiwa ekonomi yang terjadi bisa disebabkan oleh aspek
politik, sosial dan budaya.
d.      Adanya hubungan sebab-akibat dari peristiwa tersebut.
Yaitu Adanya hubungan sebab akibat baik karena faktor dari dalam
maupun dari luar peristiwa tersebut. Penyebab adalah hal yang
menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
e.       Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam
kehidupan.

Hal ini disebabkan karena sejarah pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. perubahan tersebut dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan Kenyataan ini dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial. 

2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang. Ada pun sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan yaitu :
a. Bentuk lisan
Contoh penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi.
b. Bentuk tulisan
Contohnya  dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah. Sedangkan sejarah sebagai kisah sifatnya akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur cerita.
 Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori,kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah. Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat dan dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.

3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori  yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.
Sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif[4]. Sejarah melihat manusia tertentu yang mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat dalam kejadian tertentu sejarah tidak hanya melihat manusia dalam gambaran dan angan-angan saja.
Sedangkan Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.

B. Kata Sejarah dalam Al-Qur’an
Secara terminologis, kata ‘sejarah’ diambil dari bahasa Arab, ‘syajaratun’ yang berarti pohon. Secara istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah pertumbuhan peradaban manusia dengan perlambang ‘pohon’. Yang tumbuh bermula dari biji yang kecil menjadi pohon yang lebat rindang dan berkesinambungan.
Maka sesungguhnya, dari petunjuk Al Qur’an, pengertian syajarah berkaitan erat dengan “perubahan”. Perubahan yang bermakna “gerak” kehidupan manusia dalam menerima dan menjalankan fungsinya sebagai “khalifah” (Q.S. 2: 30). Maka tugas hidup manusia dimuka bumi adalah :” menciptakan perubahan sejarah” (khalifah).
Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran dari pesan-pesan sejarah di dalamnya, memerlukan kemampuan menangkap yang tersirat sebagai ibarat atau ibrah di dalamnya. Seperti yang tersurat dalam Q.S. Yusuf: 111.
                  “laqad kana fi qashasihim ‘ibratul li ulil albab”. 
Sesungguhnya dalam sejarah itu terdapat pesan-pesan sejarah yang penuh perlambang, bagi orang-orang yang memahaminya.
Dua pertiga Al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. Al-Qur’an dan Al-Hadits ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Dengan demikian, betapa berkepentingannya kita terhadap kajian-kajian kesejarahan dalam kedua sumber tersebut. Menangkap pesan-pesan sejarah untuk menciptakan sejarah, untuk mengetahui “pohon sejarah” apa yang sedang dibuat.
v  Kasyajaratin thayyibah” pohon sejarah yang sukses dengan fondasi akar yang kuat, batang yang menjulang dan ranting yang merindang serta buah sejarah yang bisa dinikmati sepanjang musim.
v  Kasyajaratin khabisyah” pohon sejarah yang rapuh, akar yang tercabut dari  bumi, tidak ajeg dalam hidup yang akhirnya mudah runtuh dan rubuh.
Ketika petunjuk Allah digunakan sebagai pedoman, ia diibaratkan sebagai “pelita kaca” yang bercahaya seperti mutiara dan dinyalakan dengan bahan bakar min syajaratin mubarakah (Q.S. 24: 35).
ü  Pada sejarah Nabi Musa yang diibaratkan sebagai pohon yang tinggi dan tumbuh di tempat yang tinggi (Q.S. 28: 30).
ü  Al-Qur’an juga memberikan gambaran kegagalan Nabi Yunus yang dilukiskan sebagai “pohon labu” yang rendah dan lemah (Q.S. 37: 146).
ü  Sementara bagi yang mencoba menciptakan sejarah dengan menjauhkan dirinya dari petunjuk Allah, hasilnya hanyalah akan menumbuhkan sebatang “pohon pahit” (Q.S. 37: 62, 64 dan Q.S. 44: 43).
Allah memberikan rumusan untuk memperoleh masa depan melaui sejarah dalam Al-Quran yang dapat digunakan sebagai pedoman. Sejarah memberikan Mau’idzah (pelajaran) yang membuat umat Islam dzikra (sadar) sebagai pelaku sejarah, untuk menciptakan sejarah yang benar. Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Q.S 11: 120)
Pohon kehidupan di muka bumi ini telah Allah tanam sejak Allah menciptakan Adam a.s dan Ibnu Adam (keturunannya) untuk mengemban amanah penegakan kekuasaan Allah di bumi sebagai Khalifah Allah, wakil Allah.
Inilah pohon kehidupan yang dikehendaki oleh Sang Maha Pencipta Raja seluruh Alam semesta. Pohon “Kasyajaratin thayyibah”.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 30).

C. Makna dan Hikmah sejarah dalam Al-Qur’an
Sejarah bukan semata rentetan peristiwa, lebih dari itu ia merupakan kumpulan gambar yang menyingkap rangkaian prestasi dan kegagalan, kecemerlangan dan kemalangan, serta kejayaan dan kehancuran. Sejarah adalah catatan perjalanan panjang umat manusia menuju hari esok, kumpualan masa lalu menuju hari ini, dan pembuka pintu gerbang untuk menyongsong masa depan. Ia merupakan sebuah cermin yang dengannya manusia dapat memahami episode jatuh dan bangunnya sebuah bangsa dan peradaban melalui keterkaitan ide, pribadi-pribadi, institusi, dan masyarakat.
Sejarah juga menghadirkan lebih dari sebuah laksi peristiwa, sebuah cermin tanpa batas yang merefleksikan maju dan mundurnya sebuah bangsa dan peradaban. Dengan sejarah, mata manusia dibuat terbelek, dan akal pikiran dihadapkan pada sederet tantangan. Tantangan untuk merespons, menganalisis, danmenggali lebih dalam sebab-sebab yang ada dibalik peristiwa. Ini adalah sebuah proses yang dengannya manusia beralih dari dinamika sejarah keranah filosofisejarah. [5]
Sejarah juga menawarkan umat manusia sebuah ruanag untuk belajar dari masa lalu, meniti hari ini, dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Kejayaan dan kemunduaran sejarah keduanya mengandung pelajaran Al-qur’an menyeru umat manusia supaya menyimak sejarah agar bisa menarik pelajaran, memperbaiki perilaku dan menyelaraskannya dengan ketentuan taqdir. Al- qur’an meletakkan faktor moral dan materi sebagai penentu atas maju dan mundurnya sebuah bangsa. Ia menyeru sekalian manusia untuk memahami sisi-sisi yang melekat dari sebuah proses sejarah. Al-qur’an juga menyeru sekalian umat untuk turut berperan tidak saja dalam mempelajari sejarah, tetapi juga menjadi bagian dari pelakunya. Misi sejarah manusia baik sebagai individu maupun sebagi umat yang beriman adalah untuk berjuang hidup secara terus-menerus dan menegakkan kehendak tuhan dalam ruang dan waktu sejarah.
Sejarah bagi kaum muslim tidak hanya bermanfaat bagi cermin dan pedoman, tetapi juga menjadi alat untuk memahami secara lebih tepat sumber-sumber islam. Al quran selain memuat kabar-kabar sejarah yang perlu dijelaskan lebih lanjut, juga dalam penafsiran ayat-ayatnya diperlukan pengetahuan sebab-sebab (Asbab al nuzul). Untuk dapat menilai sebuah hadis diperlukan pengetahuan latar belakang terbitnya (Asbab al Wurud) dan riwayat hidup para perawinya (Rijal al Hadis). Terahir tetapi tidak kalah pentingnya, Muslimin diperintahkan meneladani Rasul karena ia adalah panutan yang terbaik (Uswatun Hasanah). Makan buku sejarah hidup Nabi mutlak diperlukan. Karena kepentingan dan tujuan mempelajari sejarah bagi kaum muslimi, bukan hanya sekedar untuk mengetahui apa yang telah terjadi tetapi juga sebagai alat analisis objek study.
Sejarah merupakan wujud dari curahan kasih sayang dan kecintaan Allah yang dikaruniakan kepada hamba-Nya, yang melibatkan diri dalam proses sejarah (harakah Islamiyah). Disitulah akan dapat merasakan bagaimana rahmaniyyah dan rahimiyyah-Nya. (Qs. 4 : 95-96; 3 : 159). Rahmat ini hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya yakni mereka yang beriman, berhijrah dan berjihad fisabilillah (Qs. 2 : 218 dan 157). Mereka disebut sebagai golongan yang mendapat nikmat Allah (Qs. 1 : 7 ; 4 : 69).
Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Qs. An nisa : 69)
Sejarah demikian penting menurut Al-Qur’an, paling tidak ada empat fungsi sejarah yang terangkum dalam Qs. Hud/120 :
“Dan semua kisah rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat (pelajaran)  dan peringatan bagi orang yang beriman.” (QS Hûd : 120).
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada empat fungsi sejarah yang tersurat di sana, yaitu:
1.      Sejarah berfungsi sebagai peneguh hati.
2.      Sejarah berfungsi sebagai pengajaran.
3.      Sejarah berfungsi sebagai peringatan.
4.      Sejarah sebagai sumber kebenaran.

1. Sejarah berfungsi sebagai peneguh hati
Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT mengisahkan ada sekelompok pemuda yang mengasingkan diri ke dalam goa dalam rangka menghindari pemimpin dhalim yang memimpin negeri mereka. Dalam upaya menyelamatkan imannya itu, atas izin Allah SWT, mereka tertidur dalam goa tersebut selama 309 tahun. Ketika terbangun, mereka sudah menemukan hewan yang dibawanya hanya tersisa tulang dan ketika mereka menuju ke sebuah pasar untuk membeli makanan, uang yang dipakai untuk membayar sudah tidak laku lagi. Pemimpin dhalim yang mengancam iman merekapun ternyata telah meninggal. Hikmah yang bisa diambil dari kisah pemuda kahfi bahwa keimanan atas Allah SWT perlu diperjuangkan penuh pengorbanan. Teladan dari ashabul kahfi itu seharusnya bisa meneguhkan hari kita agar selalu beriman kepada Allah SWT.

2. Sejarah berfungsi sebagai pengajaran
Dalam surat al-‘Araf 73-74, Allah SWT mengisahkan bagaimana Allah SWT memberi peringatan kepada Kaum Tsamud, kaum dari Nabi Shaleh AS yang ingkar kepada Nabi dan Tuhan mereka. Mereka justru memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah yang megah dan mewah serta melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan. Mereka beramai-ramai juga membunuh unta Nabi Shaleh yang merupakan mukjizat yang diberikan Allah SWT. Maka Allah SWT kemudian mengirimkan petir yang menggelegar dan meluluh lantakkan kaum Tsamud. Namun menariknya, Allah SWT masih menyisakan bangunan-bangunan tersebut sebagai pengajaran kepada manusia yang hidup setelahnya bahwa dahulu, sebelum masehi, perkembangan arsitektur manusia sudah berkembang pesat. Sebuah simbol peradaban manusia pada zaman lampau yang dicatat oleh al-Qur’an sebagai pengajaran bagi manusia hari ini.
3. Sejarah berfungsi sebagai peringatan
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah.  Menurut Al-Qur’an nasib  akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah swt yang mesti terjadi.

4. Sejarah dalam al-Qur’an sebagai sumber kebenaran
Misalnya, bahwa manusia itu diciptakan dari tanah, diawali dengan Adam dan Hawa. Pada awalnya, kedua makhluk yang mengawali sejarah manusia tersebut dikaruniai tempat yang mulia, yaitu berada di surga. Adam as dan Hawa ternyata tidak mampu menghadapi godaan iblis yang diciptakan dari api. Keduanya, Adam as dan Hawa melakukan sesuatu perbuatan yang sebenarnya dilarang. Pesan Tuhan diabaikan, ialah memakan buah yang dilarang di makannya, maka akhirnya manusia pertama tersebut dilempar ke alam lainnya, yaitu ke dunia ini.
Kisah tersebut diabadikan dalam kitab suci Al-Qur'an. Dengan demikian, bagi mereka yang mengimani kitab suci, mereka menjadi jelas asal-muasal tentang kejadian dirinya. Sejak awal kejadiannya, manusia adalah sebagai makhluk yang mulia yang dari sejarahnya cukup jelas. Kiranya tidak terbayang, bagaimana jawaban itu diperoleh manakala hal itu tidak dikisahkan oleh Sang Penciptanya melalui kitab suci.
Sejarah yang ditulis al-Qur’an bukanlah sejarah yang penuh rekayasa dan sarat kepentingan seperti halnya sejarah-sejarah yang ada sekarang. Fakta-fakta sejarah dalam al-Qur’an sangat bisa dijadikan sumber sejarah. Historiografi dalam al-Qur’an bisa dijadikan contoh bagaimana seharusnya sejarah ditulis. Allah SWT sangat sempurna memberi contoh bagaimana menulis sejarah.
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut Al-Qur’an nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah SWT yang mesti terjadi. Allah SWT pun menyampaikan, layaknya roda, hari-hari itu berputar, begitu juga nasib manusia yang diganti, sesekali merasakan di atas dan sesekali merasakan di bawah. Perputaran itu bisa kita lihat dari sejarah.
D. kesimpulan
Berbagai kisah dalam kitab suci al-Qur'an sangat penting untuk dijadikan petunjuk dan sekaligus pendidikan bagi manusia untuk mengenal diri dan juga Tuhannya. Itulah salah satu di antara cara yang bisa ditangkap, bagaimana Allah swt mendidik manusia lewat al-Qur'an, dengan memberikan kisah-kisah nyata tentang kehidupan manusia, sejak awal kejadiannya hingga berbagai zaman selanjutnya.
Dengan sejarah yang tertulis dan dikisahkan oleh al-Qur’an, umat Islam dituntut untuk bisa berfikir. Maksudnya, manusia seharusnya menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan untuk menentukan langkah berikutnya. Apa yang terjadi pada masa lampau seharusnya dijadikan pelajaran berharga dalam menjalankan tugas-tugas kekhalifahan manusia hari ini.

















DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah.1999.Sejarah Pendidikan Indonesia.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mun’im majid, Abdul. .Sejarah Kebudayaan Islam.Bandung: Pustaka
Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung: CV.Pustaka Setia
Quthb, Muhammad.1995.Sejarah Islam.Jakarta: Gema Insani press
Umer ehapra, Muhammad.2010.Peradaban Muslim. Jakarta: Amzah


[1] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka Setia,hlm.13.
[2] Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Ter. Nugroho Notosusanto. Jakarta UI-Press, dikutip dari buku Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka Setia,hlm.14
[3] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka Setia,hlm.14.

[4] Supriyadi, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung:CV.Pustaka Setia,hlm.15.
[5] Dr. M. Umer Chapra. Penerjemah Ikhwa A. Basri. 2010. Peradaban Muslim. Jakarta: Amzah.hlm. 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar